Minggu, 06 Maret 2016

Yang Kupikirkan Tentang Pernikahan



 

    Aku sudah lupa kapan terakhir kali menulis di blog tercinta ini (Baik, kata sambutan yang lebay memang haha). Kali ini aku menulis dengan tema yang sangat jarang kupikirkan diusiaku yang memasuki akhir umur belasan tahun ini (19 tahun,red). Ya, sebuah usia dimana aku akan masuk pada masa dewasa dan memikul tanggung jawab yang lebih besar tentunya. Tema tentang pernikahan ini muncul karena seringnya aku mendapat ilmu tentang yang satu ini. Aku juga cukup heran mengapa ilmu ini begitu sering masuk dalam pikiranku akhir - akhir ini. Langsung saja, ini dia yang ingin kubagi kali ini :

   Dengan menulis ini bukan berarti aku ingin segera menikah ya haha. Sekali lagi aku tegaskan bahwa alasanku membahasnya yaitu karena akhir - akhir ini aku mendapat banyak ilmu mengenai hal ini.

   Ketika aku menonton kisah pernikahan Ustadzah Oki di sebuah acara di salah satu stasiun TV, ada cerita dimana Ustadzah Oki menceritakan bahwa di dua bulan pertama pernikahannya ia menangis karena belum diberi momongan. Pada saat itu suaminya menegurnya untuk tidak seperti itu. Suaminya meminta Ustadzah Oki untuk bersabar dan bersyukur. Ketika aku mengetahui cerita itu, aku mulai berpikir "Oh jadi menikah itu seperti itu ya. Saling mengingatkan dalam kebaikkan. Pasangan kita itu sebagai partner kita dalam beribadah. Dimana dengan kehadiran pasangan kita itu, kita jadi jauh lebih baik lagi dalam beribadah dan semakin mendekat kepada-Nya." Ya kurang lebih seperti itulah yang mampu kupahami dalam cerita itu.

   Kemudian fakta lain yang ku sadari akhir - akhir ini ialah makna dari pernikahan itu sendiri. Ternyata pernikahan itu bukan hanya terarah pada kebahagiaan kita saat bersama dan menikah dengan orang yang kita cintai. Pernikahan itu jauh lebih bermakna dan membahagiakan jika kita mencintai orang yang kita nikahi. Aku mengerti maksud seorang ulama yang mengatakan "Bukan nikahi yang kita cintai, tapi cintai yang kita nikahi". Kenapa harus mencintai orang yang kita nikahi ? Karena belum tentu kita bisa menikah dengan orang yang kita cintai. Apabila kita lebih mencintai orang lain daripada pasangan kita, itu merupakan hal yang dapat menyakiti pasangan kita kelak. Selain menyakitinya, hal itu juga dapat membuat kita tidak berbahagia dan tidak bersyukur.

   Lalu aku akan membahas mengenai anak yang mungkin dan semoga Allah titipkan pada setiap orang yang menikah. Akhir - akhir ini aku sering mendengar perumpamaan mengenai peran seorang ibu dalam mendidik anak - anaknya. Perumpamaan itu berbunyi "Lahan yang baik akan menumbuhkan tanaman - tanaman yang baik. Lahan yang buruk hanya akan menyiksa tanaman yang tumbuh diatasnya." Saat aku mendengar perumpamaan itu, aku mulai memikirkan banyak hal. Ibu sebagai 'lahan' harus memiliki ilmu dan sifat yang sangat baik untuk mendidik anak - anaknya. Jadi menikah bukan hanya sekedar bersenang - senang saja. Masa depan anak itu pun merupakan tanggung jawab yang besar. Itulah salah satu alasan kenapa menikah disebut sebagai sesuatu yang menyempurnakan setengah dari agamanya. Disebut sebagai setengah agama itu disebabkan karena menikah adalah perkara yang sulit dalam melaksanakannya.

   Selanjutnya aku akan membahas hal yang masih berkaitan dengan pernikahan. Hal itu adalah mengenai suami - istri. Aku baru tahu bahwa kunci surganya perempuan setelah menikah atau setelah berstatus sebagai istri adalah ada pada suami. Tapi suaminya itu merupakan laki - laki sholih yang taat kepada Allah.

   Ya itulah sedikit hal yang kupikirkan tentang pernikahan. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sampai jumpa.