Jumat, 25 Agustus 2017

Gegege no nyobo : Kisah hidup istri mangaka Gegege no Kitaro

Gambar terkait






Baru - baru ini aku menonton sebuah adaptasi dorama dari otobiografi karya Nunoe Mura. Dorama ini diangkat dari kisah nyata sang penulis sendiri. Awalnya aku tak tertarik menonton dorama ini karena saat membaca sinopsisnya, tokoh utama prianya merupakan seseorang yang kehilangan lengan kirinya akibat cedera pada saat Perang Dunia II. Bukan tanpa alasan, saat itu aku berpikir dorama ini akan menceritakan kisah mengharu biru mengenai beliau dan kehidupannya. Tapi ternyata dugaanku salah besar. Dorama ini menceritakan tentang bagaimana orang hebat menjalani kehidupannya.

Sebenarnya alasan mengapa aku mengubah pikiran dari yang tadinya tidak berniat menonton menjadi begitu tertarik untuk menonton adalah karena aku membaca suatu postingan yang menyebutkan bahwa dorama ini dibumbui oleh sifat istri sang tokoh utama yang mengalami krisis percaya diri, suatu situasi yang juga aku alami. Untuk beberapa alasan ada sisi kehidupan dia yang mirip dengan kehidupanku. Tapi aku tidak menyebutkan aku sehebat dia ya hehe. Tapi aku harap aku bisa mengaplikasikan beberapa sisi luar biasa yang dia miliki dalam kehidupan yang kujalani.

Mengambil latar waktu pada era sebelum dan pasca Perang Dunia ke II, asadora 156 ini sukses menginspirasi dan menghibur para penonton setianya. Selain diadaptasi menjadi  dorama, otobiografi tersebut juga telah diadaptasi dalam bentuk film.

SINOPSIS

Iida Fumie (Matsushita Nao) adalah anak ke-4 dari 6 bersaudara. Fumie mempunyai 2 kakak perempuan, 1 kakak laki - laki, 1 adik laki - laki dan 1 adik perempuan. Tinggi tubuh Fumie diatas rata - rata dan karenanya ia mengalami kesulitan dalam mendapatkan jodoh. Bahkan ketika Fumie masih kecil ayahnya sempat mengatakan ia khawatir di masa depan tidak akan ada yang memilih Fumie sebagai istri.

Pada saat Fumie berusia 21 tahun, ia mendapat omiai pertamanya. Omiai adalah pengajuan lamaran pernikahan. Pada era itu, omiai merupakan hal yang lumrah dilakukan bagi para pemuda - pemudi yang sudah memasuki usia matang untuk menikah.


Hasil gambar untuk matsushita nao gegege no nyobo
Iida Fumie.

Fumie sangat senang mengetahui ia akan dipersunting seseorang. Ia dan sahabatnya bahkan mengintip calonnya ditempat ia bekerja. Pasangan omiai Fumie adalah putra dari keluarga yang menjual makanan manis. Tapi kekecewaan menghampiri Fumie saat itu. Omiai dibatalkan karena mereka menilai Fumie terlalu tinggi.

Setelah itu ia menunggu 7 tahun lamanya hingga pada usia ke-28, ia mendapat kesempatan omiai kedua dengan seorang mangaka yang 10 tahun lebih tua darinya. Mangaka adalah sebutan untuk para pembuat komik di Jepang. Jika dalam Bahasa Indonesia, komikus. Pasangan omiai-nya kali ini memiliki keterbatasan fisik. Ia seperti yang kusebutkan sebelumnya, berlengan satu karena kehilangan tangan kirinya saat Perang Dunia II. Fumie menerima Murai Shigeru (Mukai Osamu) sekalipun beberapa orang menyangsikan kecerahan masa depan mereka. Fumie meninggalkan kampung halamannya dan pindah ke Tokyo setelah menikah dengan suaminya.

Hasil gambar untuk gegege no nyobo murai fumie
Shigeru beserta kedua orang tuanya saat omiai.


Hasil gambar untuk gegege no nyobo iida fumie
Fumie dan Shigeru setelah menikah.

Berbeda dengan kedua kakak perempuannya yang menikah dengan pria yang terbilang mapan. Akiko nee-chan, kakak pertama yang menikah dan menetap di Tokyo mengikuti suaminya dan Yukie nee-chan yang menikah dengan putra pemilik perkebunan dan peternakan, Fumie menikah dengan seorang mangaka yang tidak terkenal. Suaminya tinggal di pinggiran kota Tokyo yang jauh dari gemerlap ibu kota. Rumahnya dekat dengan ladang, kuil dan bahkan ada pemakaman di dekat rumahnya.

Sebelumnya aku membahas tentang Fumie. Sekarang aku akan membahas Murai Shigeru, suami Fumie. Ia adalah seorang mangaka yang menggunakan nama Mizuki Shigeru sebagai nama penanya. Ia adalah putra kedua dari 3 bersaudara. Orang tua Shigeru hanya memiliki anak laki - laki, maka dari itu ada kalanya subtitle dorama ini menyebut mereka sebagai “Murai brothers”. Keluarga Shigeru sangat unik. “Murai brothers” bahkan memberikan nama kecil pada orang tua mereka sendiri yang didasari oleh sifat dasar orang tuanya.

Orang tua Shigeru, terutama ibunya mendesak Shigeru agar segera menikah. Ibunya Shigeru, yang disebut ikaru oleh “Murai brothers” karena seringnya ia marah berkata Shigeru hampir 40 tahun dan tidak memiliki istri, masa depannya akan suram. Sebenarnya Shigeru ingin menikah bila ia telah sedikit sukses, tapi ibunya mengancam akan tinggal di rumahnya di Tokyo selama 1 atau 2 minggu dan akan terus mendesaknya agar segera menikah. Sehingga Shigeru menuruti ibunya karena ia berpikir menikah adalah satu-satunya cara untuk menghentikan serangan ibunya wkwk. Shigeru ini orangnya cuek tapi pekerja keras. Dia punya banyak sisi unik yang menyebabkan banyak kekonyolan di dorama ini.

Masa - masa awal pernikahan mereka begitu dingin. Mereka berdua adalah orang asing yang terpaksa disatukan. Selama di Tokyo, Shigeru hanya sibuk bekerja karena ia dikejar deadline pekerjaan yang memang mengharuskan ia menyelesaikan manga-nya. Hingga disuatu hari Shigeru mengajak Fumie bersepeda saat kencan pertama mereka dan salah satu destinasi yang mereka kunjungi adalah tempat terbaik shigeru. Fumie sangat antusias saat tahu akan dibawa kesana dan tidak disangka, tempat terbaik menurut shigeru ternyata pemakaman wkwk. Aku suka perkembangan hubungan mereka. Waktulah yang membuat mereka mengenal satu sama lain.

Shigeru adalah tipe orang yang sangat bersungguh - sungguh dalam mengerjakan apa yang ia kerjakan. Dia ceria dan bertanggung jawab. Tapi dia memiliki sisi jelek seperti kurang komunikasi dan beberapa hobi aneh. Ia berkata pada Fumie, “Penghasilanku tidaklah besar tapi jangan khawatir, kita akan mendapatkan uang selama aku menggambar.”


Hasil gambar untuk gegege no nyobo manga help shigeru murai fumie
Fumie saat membantu Shigeru membuat manganya.

Dunia per-manga-an ternyata suatu bisnis yang sulit. Itu adalah bisnis dimana seseorang belum tentu mendapatkan uang sekalipun telah bekerja keras. Dan ini terjadi pada keluarga kecil mereka. Pengalaman pahit seperti manga yang tidak laku dijual, ditipu pihak penerbit, pihak penerbit yang baik mengalami keterpurukan dan semacamnya hadir menyapa kehidupan pernikahan mereka. Bahkan Shigeru pernah membungkuk dan memohon secara mendalam pada suatu penerbit agar bersedia menerbitkan karyanya. Pihak penerbit yang ini sangatlah pelit dan memperlakukan Shigeru dengan tidak sopan. Shigeru jatuh sakit saat akan memberikan skrip manganya ke penerbit itu, Fumie berkata ialah yang akan memberikan skrip manganya. Disana Fumie dibayar setengah dari uang bayaran yang seharusnya ia terima. Fumie sangat kaget dan sedih saat melihat manga yang dibuat Shigeru, disana tergambar kisah shoujo manga dan tertulis nama Mizuki Youko sebagai nama pena-nya. shoujo manga adalah istilah untuk manga yang mengarah para perempuan sebagai target pembacanya. Ini bertolak belakang dengan karya Shigeru yang didominasi oleh manga horror atau manga tentang perang.

Tidak hanya sampai disitu, keluarga mereka diuji dengan hal lainnya. Mereka tidak punya uang untuk biaya persalinan Fumie sehingga Fumie meminta Shigeru untuk menggadaikan kimono miliknya. Shigeru menolak ide ini tapi Fumie membujuknya. Fumie meyakinkan Shigeru mereka pasti bisa menebus barang itu lagi. Mereka juga pernah kehilangan listrik karena tidak mampu membayarnya dan bahkan mereka tidak punya uang untuk membeli tisu saat Fumie sakit flu.

Kombinasi pasangan ini benar - benar pas. Sekalipun dililit masalah ekonomi yang sedemikian peliknya, Fumie tidak banyak menuntut suaminya. Dia tidak mengeluh dan tidak marah akan situasi yang ada. Dia adalah sosok istri yang pandai bersyukur dan senantiasa mendukung suaminya. Shigeru juga tahu posisinya sebagai suami yang wajib menafkahi. Sifat - sifat inilah yang membuat mereka jarang cekcok dan sekalipun cekcok, itupun tidak bertahan lama.

Diantara semua tokoh yang ada, ada satu tokoh yang sangat jujur. Dia mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ia katakan. Ia yang Shigeru kenal sejak kecil menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak bisa dipisahkan dari Shigeru. Dia kerap membuat masalah dan biasa memanggil Shigeru dengan sebutan Gege karena saat kecil Shigeru tidak bisa menyebut dirinya sebagai Shigeru. Shigeru salah melafalkan namanya menjadi Gegeru. Dia bernama Uraki Katsuo (Sugiura Taiyo). Uraki pernah meminta Fumie dan Shigeru berphoto bersama dengan bayi pertama mereka. Maklum, saat itu era 1960-an dan saat itu kamera adalah hal yang asing. Uraki berkata ia ingin mengabadikan momen keluarga miskin tapi bahagia hahaha, aku kaget baca translate-nya. Kok bisa ya kalimat ini muncul di stasiun TV nasional Jepang XD. Selain itu Uraki juga selalu meragukan keberhasilan Shigeru. Ia sering menakut-nakuti Shigeru dan berkata tidak ada ceritanya mangaka sukses di usia 40-an. Dia adalah tokoh yang menganggap Shigeru tidak akan meraih kesuksesan sepanjang hidupnya.

Kehidupan keluarga Shigeru mulai membaik sejak Shigeru mendapatkan tawaran pekerjaan dari salah satu dari dua penerbit terbesar di Jepang. Kali ini karya Shigeru dipublikasikan sebanyak 400.000 salinan. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya dicetak sebanyak 2.000 salinan saja. Seiring dengan meroketnya popularitas manga Shigeru, kini ia mendapat banyak pekerjaan. Bahkan Shigeru memerlukan dan merekrut beberapa orang untuk menjadi asistennya. Manga Shigeru juga tayang dalam bentuk anime di TV nasional Jepang.

Fumie dan Shigeru dikaruniai dua anak perempuan. Anak pertama bernama Aiko dan karakternya mirip dengan Fumie. Dia anak yang pemalu dan sering menyembunyikan masalahnya. Sedangkan anak kedua bernama Yoshiko. Dia unik seperti ayahnya. Yoshiko kecil mirip Shigeru ketika kecil. Ia mengutamakan hal yang membuatnya tertarik dan kerap melakukan hal tak berguna. Yoshiko dan Shigeru melakukan hal yang tidak dilakukan kebanyakan orang.

Contohnya terlihat saat Fumie kerap ditelepon oleh TK karena putri bungsunya itu sangat aktif di sekolah. Ia memiliki imajinasi tinggi dan bertindak sesuai dengan apa yang ia senangi. Shigeru bertanya kenapa Fumie ditelepon lalu Fumie menjawab kalau Yoshiko kabur saat mata pelajaran berlangsung. Ia tidak ada dikelas dan ketika gurunya mencari, ternyata Yoshiko sedang bermain ayunan sendirian. Fumie menasehati Yoshiko. Ia berkata, Yoshiko bisa bermain ayunan saat istirahat. Namun Yoshiko mengelak, ia berkata anak - anak lain akan bermain ayunan juga. Jadi dia tidak bisa bermain ayunan saat istirahat. Mendengar itu, Shigeru berkata, “Oh jadi ketika yang lain ada dikelas, kau bisa memainkan ayunan sesukamu ya. Ide bagus!” ucapnya seraya mengelus kepala Yoshiko hahaha. Fumie meminta Shigeru jangan memujinya. Lalu Shigeru bertanya apa yang salah dari ayunan. Fumie meluruskan, bukan itu maksudnya. Masalahnya adalah Yoshiko sering kabur dari kelas. Shigeru menenangkan, ia berkata Yoshiko akan memperbaiki sifatnya seiring dengan berjalannya waktu.

Waktu berlalu begitu cepat. Kini Aiko telah lulus kuliah dan bekerja menjadi guru disuatu sekolah dan Yoshiko sudah lulus SMA. Cerita dorama ini berakhir dengan percakapan Fumie dan Shigeru. Shigeru berkata ia bersyukur mempunyai istri seperti Fumie. Perjalanan mereka masih panjang kemudian Fumie mengangguk dan mereka pun melanjutkan langkahnya.

KOMENTAR PENULIS

Alur kehidupan yang luar biasa! Itu yang ingin kukatakan dari jalan cerita kehidupan Fumie. Aku mengerti kenapa Fumie tidak menikah dengan putra pemilik toko makanan manis itu. Alasannya karena Fumie terlalu luar biasa untuk laki - laki biasa. Seperti pepatah klasik yang sering kita dengar, laki - laki hebat dan wanita hebat itu ditakdirkan untuk bersama. Shigeru, walaupun dengan keterbatasan fisiknya, dia adalah orang yang mandiri dan ceria. Ia bahkan merasa beruntung bisa pulang dengan selamat ke negara asalnya mengingat banyak rekan Shigeru yang lain gugur di medan perang. Dia menjalani hidup dengan prasangka baik. Ia berkata, “Kita tidak bisa bertahan hidup bila terus merasa tertekan. Tidak ada gunanya merisaukan sesuatu yang tidak kita miliki.”

Selain pembelajaran diatas, ada beberapa pembelajaran lain yang kudapat dari dorama ini. Misalnya Ayah Fumie yang berternak lebah disaat keterbatasan gula dan berganti - ganti bisnis agar sesuai dengan zaman. Disini aku belajar bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan, kita harus menghadapinya dengan bijak dan cerdas. Tugas kita adalah survive dalam keadaan apapun. Sisi lain yang Ayah Fumie ajarkan adalah sisi tegasnya yang ternyata menyayangi anak - anaknya. Contohnya saat dia memaksa Yukie nee-chan untuk menikahi keluarga petani. Ia berkata, “Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi setelah perang. Menikahkanmu dengan petani artinya kau tidak akan kesulitan dalam hal makanan ”  Seketika aku langsung mengerti kenapa banyak orang tua yang memilih dan memilah calon menantunya. Alasannya demi kebaikkan anaknya sendiri. Walaupun jangan terlalu berlebihan juga sih, mengingat menikah itu sendiri merupakan ibadah kan.

Untuk kalian yang tertarik menonton dorama ini, jangan khawatir. Sekalipun episodenya ada banyak (156 episode) tapi durasinya hanya 15 menit per-episode kok. Walaupun tetep aja sih, download-nya cape hahaha. Mungkin ini saja yang ingin kutulis. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa~

Celoteh mengenai buku : Berkarya tanpa jeda


Hasil gambar untuk berkarya tanpa jeda fachmy casofa




Jadi ceritanya, libur lebaran kemarin aku mau beli buku baru. Niatnya sih beli novel Cinta Dua Kodi karya mbak Asma Nadia, tapi ternyata stok novel tersebut sedang kosong di toko buku yang paling dekat dari rumahku itu. Alhasil aku nyari alternatif lain dengan mencari buku secara random. Ya barangkali ada buku yang mengundang minat bacaku, pikirku kala itu. Dan ternyata dugaanku saat itu benar. Aku menemukan buku yang akan kuulas diartikel ini.

Buku berjudul Berkarya tanpa jeda ini ditulis oleh Fachmy Casofa. Satu buku lagi yang membakar semangat pembacanya agar senantiasa berkarya. Tadinya aku berpikir isi buku ini akan membahas tokoh - tokoh cerdas dimasa kejayaan islam. Namun ternyata dugaanku salah. Walaupun ada sedikit cerita tentang tokoh - tokoh cerdas tersebut namun, hal itu tidak terlalu ditekankan. Isinya lebih ke inspirasi dan motivasi yang disampaikan dalam beberapa bab.

Ada banyak pembelajaran yang kudapat dari buku ini. Salah satunya adalah memanfaatkan waktu dengan sebaik - baiknya. Waktu yang merupakan salah satu nikmat yang tak bisa tergantikan, jelas memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Didalamnya bisa timbul karya atau bahkan malapetaka jika kita tidak mempergunakannya untuk hal yang positif. Kita harus jadi muslim padat karya, muslim yang menjadikan manfaat sebagai tolak ukur perbuatannya. Muslim yang hidupnya ia persembahkan untuk kemuliaan dirinya, keluarga, umat dan agama. Menjadi orang yang seluruh usianya diberkahi oleh Allah.

Bahasanku diatas adalah inti dari buku ini. Selain ingin membahas hal diatas, aku juga ingin membahas tentang salah satu imam besar periwayat hadits, Imam Bukhari. Beliau merupakan tokoh dibalik terbitnya kitab yang berjudul shahih Al – Bukhari, kitab yang dijadikan sebagai referensi kedua setelah Al - Qur’an oleh kaum muslimin. Didalamnya ada ribuan hadits Nabi yang statusnya sahih. Diriwayatkan bahwa saat pengumpulan, pengurutan dan pembagian hadits kedalam bab demi bab, beliau berpindah - pindah selama 16 tahun. Sebuah perjuangan yang luar biasa untuk menyusun suatu kitab yang kelak akan memukau begitu banyak pasang mata karena indahnya islam.


Mungkin hanya ini yang bisa kutulis mengenai buku ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa.

Belajar berkarya dan berjuang dari ibu Tanaka Yoshiko


Hasil gambar untuk tanaka yoshiko die


Jika kalian pernah menonton dorama Seigi no mikata, mungkin kalian akan ingat tokoh yang menjadi Nakata Haruko, ibu dari 2 tokoh utama dari dorama ini. Aku menonton dorama ini di tahun 2017 dan baru mengetahui kabar duka ini beberapa minggu lalu. Pemeran mama di Seigi no mikata ini ternyata telah meninggal dunia pada 21 April 2011 silam setelah berjuang melawan kanker payudara. Aku sangat kaget mengetahui kabar ini. Padahal kala itu, ibu Tanaka Yoshiko ini baru menginjak usia 55 tahun. Usia yang begitu muda untuk standar Jepang yang warga negaranya memiliki angka harapan hidup yang tinggi. Ya, sebagai negara maju setahuku fasilitas kesehatan dan kesejahteraan penduduknya jelas menjadi nomor satu yang tidak bisa ditawar - tawar lagi.

Pada masa mudanya, ibu Tanaka Yoshiko adalah anggota vokal grup yang terkenal di era 70-an. Terdiri atas 3 member, Candies menduduki puncak popularitas kala itu. Ibu Tanaka Yoshiko debut dengan nama Sue sebagai nama panggungnya. Hmmm, pantas saja ia begitu cantik, bahkan diusia tuanya. Ternyata dia anggota semacam girlband gitu. Ya, seperti AKB48 mungkin, namun di era 70-an. Bahkan menurutku ia lebih cantik dari Youko dan Makiko di Seigi no mikata. Di dorama itu dia memerankan tokoh sebagai ibu yang bahagia dan penuh keceriaan. Tidak heran aku begitu terkejut, ternyata beliau tetap berkarya sekalipun berjuang untuk sembuh sejak didiagnosis penyakit kanker payudara di tahun 1992. Dia mampu menghidupkan keceriaan, sehingga tak terpikirkan sedikitpun bahwa ia sedang diuji penyakit seberat ini. Dorama Seigi no mikata tayang di tahun 2008, terhitung  3 tahun sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya.


Gambar terkait
Vokal Grup Candies.

Hasil gambar untuk tanaka yoshiko
Ibu Tanaka Yoshiko semasa muda.


Sebelum meninggal dunia, dia sempat merekam pesan perpisahannya. Salah satu pesannya adalah ia berkata ia masih ingin berperan dalam film maupun dorama. Ia ingin melanjutkan karirnya sebagai seorang aktris. Ya, sekalipun dia diuji oleh suatu penyakit berat, dia tetap aktif di dunia seni peran. Itu yang membuatku salut pada beliau. Jika kalian ingin mendengar pesan perpisahannya secara lengkap, kalian bisa memutar video yang terlampir dibawah ini :






Mungkin hanya ini yang ingin kubahas mengenai beliau. Semoga kita bisa mengambil pembelajaran dan sampai jumpa.