Senin, 06 Juni 2016

Sebaik - baik manusia, seperti apakah itu ?


 Hasil gambar untuk Sebaik - baik manusia akhlak



   Pada kesempatan kali ini, aku akan membahas mengenai salah satu tanda dari sebaik - baiknya manusia dimata Rasulullah SAW. Hal ini menjadi bahasan yang menarik untukku bahas karena Hadits yang diriwayatkan oleh Rasulullah ini seakan - akan menjawab pertanyaan dan kebingunganku mengenai ujian yang beberapa bulan lalu ku alami.

   Langsung saja, aku akan bercerita mengenai ujian yang kumaksud. Beberapa bulan lalu aku terlibat konflik dengan salah seorang temanku. Temanku telah mengatakan hal yang cukup menyakitkan untukku. Dia tidak menghargai kerja keras dan usaha yang kulakukan. Beberapa minggu berlalu hingga pada suatu waktu terjadilah hal yang berkaitan dengan Hadits yang ingin kubahas. Temanku yang menghina usahaku itu mengatakan hal yang
kupahami. Dia memerintahku untuk melakukan hal penting yang cukup rumit dan memakan begitu banyak waktu. Dia memerintahkan itu padaku karena dia malas mengerjakannya. Aku masih ingat betul apa yang ia katakan. Ia berkata, "Kerjain sama kamu aja Tia. Nanti aku lihat hasilnya." Nah, kenapa aku tidak memahaminya ? Aku akan bahas dikalimat selanjutnya. Aku berpikir, "Bagaimana bisa seseorang yang menghina dan menyakiti orang lain melakukan hal itu ? Seharusnya, dia tidak malas karena dia telah menghina orang lain. Seharusnya dia menunjukkan sifat yang wajib kucontoh sebagai sifat yang harus kuteladani. Jika dia mengandalkanku, itu sama seperti 'terjun kedalam jurang'. Aku diibaratkan jurang karena dia telah beranggapan usahaku itu hina. Kalau kita mengerjakan masing - masing, aku oke - oke aja sih. Intinya, seharusnya dia tidak boleh melihat hasil usahaku yang hina dimatanya itu. Jika dia ingin melihat hasil usahaku dan dia malas - malasan, bukankah dia telah bermuka dua (munafik) ?". Itulah latar belakang kebingunganku. Ngomong - ngomong maaf ya latar belakangnya kebanyakan hahaha

   Setelah sukses dibuat bingung, aku pun mengambil tindakan lebih lanjut. Aku menceritakan kebingunganku ini kepada salah seorang sahabatku. Lalu sahabatku merespon dengan kalimat yang sangat logis. Ia berkata, "Lah ? Yang banyak ngomen (negatif) gitu kan emang akhlaknya gak bener ?".

   Komentar sahabatku itu memang sangat masuk akal. Memberikan komentar buruk dan menyakiti orang lain itu bukanlah akhlak yang terpuji. Jadi tidak heran bila diwaktu yang lain ia bermuka dua seperti itu. Secara kasar, dari dasar aja udah gak bener jadi bukan hal yang aneh jika dia melakukan hal yang tidak benar lagi. Ya itu cukup mewakili jawaban atas kebingunganku.

   Beberapa waktu berlalu hingga aku menyaksikan sebuah tontonan mengenai Hadits yang akan kita bahas. Di acara itu, seseorang mengatakan, "Bahasa keteladanan lebih efektif daripada bahasa kata - kata. Banyak yang pintar teori (dalam hal berkata - kata) tapi tidak dengan perilaku. Mengapa demikian ? Hal ini senada dengan Hadits yang diucapkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW berkata bahwa sebaik - baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya. Itulah mengapa orang yang pintar teori dan dalam hal ini menghina sikap orang lain bukanlah patokan yang menunjukkan orang yang menghina sikap orang lain itu memiliki kepribadian yang baik. Mengapa ? Karena Rasulullah SAW menyebutkan sebaik - baik manusia itu yang paling baik akhlaknya.

   Rasulullah tidak bersabda sebaik - baik manusia itu yang paling pandai berkata - kata (teori). Itulah mengapa bahasa keteladananlah (akhlak dan perilaku) yang menunjukkan 'nilai' dari manusia itu sendiri. Apakah ia bernilai 'sebaik - baiknya' atau sebaliknya.

   Bahasan mengenai Hadits itu benar - benar menjawab secara tuntas akan kebingunganku sebelumnya. Aku berharap, kita semua yang mengkaji tulisan ini mendapatkan nilai positif dalam diri. Sehingga, kita menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana dalam kehidupan yang kita miliki.

   Ya itu saja yang ingin kubahas dan sampai jumpa lagi ditulisanku berikutnya~ :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar