Baru - baru ini aku menemukan bacaan yang menarik untuk dibahas. Bacaan itu tentang "Sifat - sifat manusia di dalam Al - Qur'an". Memang sih poin - poin yang dibahasnya banyak. Tapi aku mau bahas beberapa aja. Beberapa sifat yang memang mau aku bahas.
Saat aku membaca itu
aku berpikir bahwa Allah itu tahu kita banget ya (manusia). Ya iyalah kan Allah
yang menciptakan kita ya pasti tahu haha. Oke langsung aja kita bahas satu - persatu
:
1. Manusia itu lalai
“Bermegah - megahan
telah melalaikan kamu.” (Q.S At - Takaatsur : 1)
Aku kurang tahu makna lalai disini. Tapi sepemahamanku
mungkin manusia itu lalai dari melaksanakan perintah Allah karena sifat manusia
yang memang suka bermegah - megahan. Contohnya ada manusia yang suka makan
banyak hingga kekenyangan sehingga mereka malas melaksanakan sholat. Dengan contoh
itu jelas manusia itu telah lalai.
2. Manusia itu tergesa gesa
"Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." (Q.S Al - Isra’ : 11)
Nah ini sifat yang kita banget deh. Sifat mau cepat dalam
sesuatu. Bahkan dalil tentang sabar itu ada banyak banget di Al - Qur'an. Itu
artinya Allah sangat tahu kita ini makhluk yang sulit untuk bersabar. Sabar itu
kemampuan kita untuk menahan keinginan. Contohnya kita bisa marah tapi gak
marah, bisa balas kejahatan tapi gak balas kejahatan dan kita mau cepat tapi keinginan
akan cepat atau tergesa - gesa itu kita tahan. Disebabkan kesulitan dalam bersabar itulah, pahala sabar itu tak berbatas. Ada ayat yang bisa memotivasi kita untuk senantiasa bersabar yaitu :
"Sesungguhnya hanya orang - orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Q.S. Az - Zumar : 10)
3. Manusia itu pembantah yang nyata
“Dia telah
menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.”
(Q.S. An - Nahl : 4)
Pembantah yang nyata dalam ayat ini mungkin bermaksud sifat
manusia yang merasa benar dan tidak suka jika disalah - salahkan. Itulah kenapa
manusia itu sering beralasan jika berbuat salah dan cenderung melemparkan
kesalahannya pada orang lain.
4. Manusia itu suka berlebih - lebihan
“Dan apabila
manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus
: 12)
“Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” (Q.S Al - Alaq : 6)
Dari Q.S Yunus : 12 itu aku menyimpulkan bahwa manusia itu
makhluk yang tidak tahu diri. Cukup masuk akal dengan kalimat yang pernah ku
dengar dari seseorang "Kita baik sama orang aja belum tentu dia baik lagi
ke kita. Apalagi kalau kita jahat ?". Ya di ayat itu disebutkan sifat
manusia pun begitu pada Allah. Datang pada saat butuhnya saja karena sedang
mengalami masalah atau musibah. Kemudian pada kalimat 'memandang baik apa yang
selalu mereka kerjakan' itu menunjukkan bahwa manusia itu memiliki sifat dimana
ia merasa benar dengan apa yang ia pikirkan dan apa yang ia lakukan.
Mengenai sifat berlebih - lebihan, kita mungkin sering
seperti ini. Terlalu membawa perasaan terhadap perkataan orang lain atau terlalu
akrab dengan seseorang yang pada akhirnya orang yang akrab dengan kita itu bisa
jadi musuh yang nyata bagi kita. Bisa juga orang yang menjadi musuh kita menjadi
sahabat kita. Khususnya seorang perempuan yang fitrahnya memakai perasaan
terhadap segala sesuatu. Itulah kenapa apabila perempuan membenci
seseorang, besok - besoknya dia malah bersahabat dengan orang yang ia benci itu.
Ya karena sifat perasaan yang memang begitu. Sifat perasaan itu naik turun.
Sekarang kita benci tapi bisa jadi perasaan benci itu hilang menjadi perasaan
nyaman. Itulah alasan kenapa kita jangan terlalu akrab dengan seseorang. Tapi
nyatanya banyak manusia yang terlalu akrab dengan seseorang sehingga kejadian
seperti contoh diatas itu sering terjadi. Oh iya, apabila kita terlalu akrab
dengan seseorang maka akan timbul perasaan memiliki orang tersebut dan kita
akan merasa tidak nyaman saat orang tersebut dekat dengan orang lain. Perasaan
kecemburuan sosial itu akan mengganggu kita dan mengganggu teman akrab kita
itu.
5. Manusia itu suka berkeluh - kesah
“Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.”
(Q.S Al - Ma’arij : 20)
“Manusia
tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”
(Q.S Al-Fushshilat : 20)
“Dan apabila
Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (Q.S Al - Isra’ : 83)
Sifat berkeluh kesah ini memang ada pada diri manusia.
Contohnya aku sendiri yang sering khilaf jika ditimpa musibah. Terkadang aku
beerpikir tidak jernih saat menghadapi masalah. Bahkan aku pernah merasa bosan
akan hidup ini. Seperti materi yang pernah kudapat dari sebuah forum agama.
Dalam hidup ini, manusia lebih sering merasa bosan karena aktifitas yang sama
dilakukan secara terus menerus. Tapi karena aku menonton acara yang sangat
inspiratif, pikiranku pun mulai berubah. Aku jadi lebih melihat sisi positif
dari masih menjalani hidup di dunia ini. Sisi positifnya ialah : Kita masih
diberi kesempatan oleh Allah untuk menambah pahala dan memperbaiki diri. Sejak itu
aku menghindari diri dari keluh kesah karena kebosanan itu dan lebih
bersemangat untuk menambah pahala.
6. Manusia itu kufur nikmat
"Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah)." (Q.S. Az-Zukhruf : 15)
"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya" (Q.S. al-’Aadiyaat
: 6)
Ini sifat manusia yang ada karena standar bahagia manusia
tersebut rumit. Selain itu sifat manusia itu senantiasa tidak puas dengan
sesuatu. Keinginan manusia itu ada terus menerus. Mungkin hal - hal ini yang menyebabkan
manusia menjadi kufur nikmat.
Aku pernah mendengar kisah teladan tentang sosok yang luar
biasa. Beliau bernama Abu Qilabah. Kisah yang luar biasa. Beliau begitu sangat
bersyukur dalam kondisi kedua tangannya buntung, matanya buta dan sebatang kara
tanpa sanak saudara. Mungkin sekilas kita berpikir "Apa yang bisa
disyukuri dalam kondisi seperti itu ?". Namun, ketika ada yang bertanya
"Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau
buta, faqir, buntung kedua tangannya dan sebatang kara…?!?”.
Lalu beliau pun menjawab tentang nikmat - nikmat yang telah Allah berikan
padanya dan pada kita semua yang sering kali kita lalai untuk menyadari nikmat tersebut.
Beliau menjawab "Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami
dan berfikir. Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar
adzan, memahami ucapan dan mengetahui apa yang terjadi disekelilingku.". Setelah
mendengar kisah itu aku jadi lebih memahami fakta bahwa Allah telah memberi
banyak sekali nikmat yang mungkin tidak kita sadari. Sejak itu aku belajar
untuk jauh lebih bersyukur.
Klik link ini untuk membaca kisah lengkapnya Kisah Teladan Abu Qilabah.
Klik link ini untuk membaca kisah lengkapnya Kisah Teladan Abu Qilabah.
7. Manusia itu dzalim dan bodoh
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh, ”
(Q.S al-Ahzab : 72)
Ayat ini juga menekankan tentang amanat yang telah Allah
berikan pada kita. Amanat adalah menunaikan apa - apa yang dititipkan atau
dipercayakan. Mengemban amanat itu hal yang sangat sulit itulah kenapa
langit, bumi dan gunung - gunung enggan untuk memikul amanat tersebut. Tapi manusia
mengemban amanat itu. Hal yang sangat dzalim dan bodoh karena kebanyakan manusia
itu mengkhianati apa yang telah Allah amanatkan. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya kerusakan yang telah manusia perbuat. Namun balasan dari mengemban amanat
itu sangat besar. Sesuai dengan kesulitan manusia dalam mengembannya.
Balasannya itu berupa surga dan kenikmatan.
8. Manusia itu suka menuruti prasangkanya
“Dan kebanyakan
mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Yunus
: 36)
Di ayat ini disebutkan bahwa manusia memiliki fitrah atau
pembawaan untuk berprasangka. Namun Allah melarang kita untuk berprasangka
buruk karena prasangka buruk itu jauh dari kebenaran. Kita harus kritis mengumpulkan
bukti - bukti yang nyata terlebih dahulu agar kita terhindar dari fitnah. Seperti
peribahasa klasik yang mungkin sudah bosan kita dengar "fitnah itu lebih
kejam daripada pembunuhan". Dengan fitnah kita bisa membuat nama baik
seseorang menjadi buruk. Dengan fitnah dan berprasangka buruk artinya kita
telah mencemarkan nama baik dari orang tersebut. Jadi sebisa mungkin kita harus
menghindari prasangka buruk itu.
Dalam hal ini kita harus mengikuti suri tauladan kita, Rasulullah
SAW. Beliau senantiasa berprasangka baik pada siapapun. Misalnya saat beliau
dijahati oleh suatu kaum. Beliau bersabda "Nanti keturunan dari kaum itu
akan menjadi umatku". Prasangka yang luar biasa. Aku belajar banyak dari
Rasulullah SAW. Bukannya menyumpahi kaum jahat itu, beliau malah berprasangka
baik dan mendo'akan kebaikan. Pada akhirnya keturunan dari kaum itu memang
menjadi umat Rasulullah SAW. Dari cerita Rasulullah SAW ini kita harus belajar
bahwa sebisa mungkin kita menggunakan fitrah kita sebagai makhluk yang
berprasangka menjadikan fitrah itu sebagai hal positif yaitu dengan senantiasa
berprasangka baik.
Ya itu dia sifat - sifat manusia yang mau aku bahas. Tulisan
ini juga aku maksudkan supaya kita lebih memahami diri sendiri dan orang lain.
Memahami manusia dan sesama manusia. Semoga tulisanku ini bermanfaat dan
varokah untuk kita semua. Dengan mengetahui sifat - sifat ini semoga kita bisa
memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih dan sampai jumpa
pada postingan selanjutnya.
MANUSIA SUKA BOSAN, TIDK ADA DALAM AYAT, BAGAIMANA DALAM HADIS ?
BalasHapusWah untuk dalil tentang kebosanan, seingat saya, saya belum pernah membaca atau belajar mengenai itu. karena itu saya belum bisa berkomentar atau memberi penjelasan. Mohon maaf dan terima kasih sudah berkunjung.
Hapus