Jumat, 19 Mei 2017

Celoteh mengenai buku : *Salon Kepribadian* jangan jadi muslimah nyebelin


Hasil gambar untuk salon kepribadian buku




Aku sempat menyebutkan buku ini di postingan Catatan Hati Seorang Gadis sebelumnya. Buku nonfiksi ini menjadi salah satu buku yang wajib untuk dikoleksi bagi muslimah yang senantiasa ingin memperbaiki diri (Ishlah) mengingat akhlak itu sendiri ialah cerminan iman seseorang. Tidak hanya mengulas kepribadian, buku ini juga membahas penampilan (seperti kebersihan diri dan cara berpakaian). Selain membeberkan tentang kesalahan kita yang kadang kala luput dari koridor kesadaran diri, penulisnya juga memberikan tips agar sifat nyebelin sebisa mungkin tak tersemat dalam diri setiap muslimah.

Oh iya, maksud nyebelin disini adalah suatu perbuatan yang karenanya orang lain mengalami gangguan kenyamanan. Baik itu hati, pikiran, rasa maupun pancaindra.

Dari banyak hal yang dibahas di buku ini, aku hanya ingin membahas beberapa saja. Aku akan membubuhi hal itu dengan sudut pandang pribadi. Ada alasan kuat mengapa aku hanya ingin membahas hal - hal dibawah ini. Selain karena pengalaman pribadi, ada juga yang kubahas karena aku memang ingin mengomentarinya.

1.  Membicarakan orang lain saat pengajian.

Ngomong - ngomong soal pengajian nih, sudah cukup lama aku tidak mengikutinya. Aku lebih sering menonton pengajian dalam bentuk video melalui YouTube. Selain lebih bebas, aku juga bisa lebih nyaman membagi waktu kala ingin menontonnya. Walaupun tidak bisa kita pungkiri menghadiri pengajian secara langsung memiliki keutamaan yang mungkin lebih besar dibanding menonton secara tidak langsung seperti yang kulakukan. Pahala karena silaturahmi contohnya.

Baiklah, kembali ke point diatas. Bergosip. Sepertinya ini memang telah melekat dengan kaum hawa. Tapi aku tidak pernah melihat (atau mungkin lupa) ada muslimah yang bergosip saat pengajian.

2) Disebut riya atau sok suci saat mengingatkan teman dalam hal kebaikkan.

Hmmm, untuk yang satu ini aku pernah mengalaminya. Sakit memang dan cukup membuat terpuruk. Tapi setelah bertambah umur, kurasa aku mulai bisa menyikapinya dengan bijak. Sederhananya, tidak semua orang suka untuk dinasehati. Itu bagian dari ego. Tugas kita hanya mengingatkan dan mengenai pilihan yang ia pilih, itu lepas dari kuasa kita. Ada saatnya kita tidak harus mempedulikan penilaian orang lain selama ini tidak dalam konteks yang berlebihan. Aku setuju dengan pernyataan di buku ini yang menyebutkan bahwa mengingatkan orang lain itu sama dengan mengingatkan diri sendiri. Sebuah perbuatan yang tidak bermaksud menggurui dan ajang belajar bahkan untuk diri sendiri.

3) Mencela melalui komentar.

Ini realita yang membuat ujian di dunia menjadi lebih menarik. Dosa lisan yang dianggap biasa menurut beberapa orang. Celaan ini bisa karena penampilan, finansial, akademis atau fisik. Kita harus menyikapinya dengan positif. Terluka sama dengan kalah. Untuk menang, kita harus bangkit dan menjadikannya sebagai salah satu penyemangat terbesar dalam mencapai keberhasilan. Selain itu sifat cuek juga diperlukan disini. Waktu kita terlalu berharga jika dipakai untuk meratapi komentar mereka. Toh, komentar kejam mereka pun tidak menjamin kemuliaan diri mereka. Lantas kenapa kita harus memikirkan mereka yang secara tidak langsung merendahkan diri mereka sendiri ? Merendahkan dengan melakukan sesuatu yang Allah benci yakni melukai hati hamba yang dicintai - Nya.

4) Tidak menganggap ada seseorang.

Di buku ini ada ikhwan yang peka mengenai sifat muslimah yang satu ini. Wih keren sih, aku kira laki - laki itu bukan sosok orang yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi seperti itu.

Baik, kembali lagi ke topik pembahasan. Hal ini termasuk kategori jahat, nggak peka dan egois. Hal ini memberikan kesan mendalam untukku saat pertama kali mendapat perlakuan serupa dari saudara muslimah kita itu. Jadi ceritanya mereka cuma mau berdua aja. Toh itu main ke toko buku, pusat perbelanjaan, masjid atau sekedar jajan di kantin. Pertama kali sih sakit banged diginiin. Ya karena mereka tahu kita ada tapi kita tak lebih dari bayangan di mata mereka. Tapi seiring berjalannya waktu untukku pribadi ini jadi bukan sesuatu yang menyakitkan dan menjadikanku bersyukur kala bersama muslimah yang menganggapku ada. Rasanya jadi spesial dan buat terharu gitu hehe. Tapi bukan berarti tidak menganggap ada seseorang itu hal sepele loh. Kita harus menghindarinya karena seperti yang kita semua tahu menyakiti hati orang lain itu haram hukumnya.

5) Membunuh kebahagiaan seseorang.

Aku memodifikasi kalimat asalnya dan kalimat yang kubuat menjadi terasa lebih ekstrim haha. Aku pernah mendapat komentar yang nyelekit dari seseorang. Jadi begini ceritanya. Aku adalah lulusan SMK dan karenanya aku memiliki kesempatan Praktek Kerja Industri (Prakerin). Karena aku mengambil jurusan Kimia Analis maka aku mendapat momen prakerin di laboratorium. Ilmu kimia adalah ilmu yang cakupannya sangat luas. Aku dan teman - teman seperjuanganku bahkan bisa prakerin di lab yang menguji sample yang sama sekali belum pernah kami uji. Aku anggap ini menarik dan menyenangkan. Kala itu aku menguji viskositas dari minyak pelumas. Aku berjuang keras untuk menyatukan alat dan hal ini berbuah manis. Sebagai bentuk syukur aku meluapkan kegembiraan dengan cara yang ekspresif. Lalu meluncurlah kalimat yang tidak pernah kuduga akan mendarat ditelingaku. Temanku mengatakan, “Terus ?” dengan ekspresi penuh penghinaan. Kegembiraanku lenyap seketika. Syedih sih kalau dicertain mah. Tapi sejak itu aku jadi berpikir ulang jika harus menunjukan sisi ekspresif.

6) Bicara di momen yang tak tepat.

Aku baru menyadari kesalahan ini sekarang. Ternyata kita bisa nyebelin karena hal ini loh. Contohnya jika kita menyegat seseorang yang tadinya akan ke toilet karena ingin bertanya atau minta tolong sesuatu, atau mengajak bicara seseorang yang sedang bicara di telepon. Dalam hal ini sabar menjadi solusi. Mendahulukan kepentingan orang lain yang dirasa lebih penting.

Membicarakan mengenai telepon, aku jadi ingat contoh lain dari kasus ini. Semasa 20 tahun hidupku aku sempat mengalami ini. Jadi saat itu aku ngekos bareng rekan kerjaku. Apa yang nyebelin dari dia dan telepon ? telepon dan dianya sih gak masalah. Yang jadi masalah adalah jam berapa dia menelepon. Dia menelepon atau ditelepon kekasihnya saat tengah malam. Di jam dimana mata ingin terpejamkan karena keadaan dan kelelahan setelah aktivitas seharian. Dia sih tenang dan bahagia aja teleponan. Tapi hal itu sebaiknya tidak dilakukan oleh seorang muslimah deh. Ini terlalu egois dan sulit termengerti. Jika dia sebegitunya, kenapa tidak menikah saja ? Apa tidak ada waktu lain bagi mereka untuk berkomunikasi ? Lagipula, sebelum pernikahan komunikasi itu memang harus dibatasi kan ?

7) “Masa segitu aja nggak tahu sih ?” ini kalimat nyebelin atau membuat orang berpikir “Bego banget sih, gitu aja nggak ngerti.”

Aku juga pernah mendapat celoteh serupa. Saat itu aku berujar, “Oh jadi arti behind itu dibelakang ya.” Tak berselang lama kemudian terdengar kalimat, “Emang iya. Baru tahu ?” Wah penghinaan secara tidak langsung pikirku haha. Aku memang tipe orang yang jarang belajar Bahasa Inggris kala itu dan sekalinya belajar Bahasa Inggris ya saat akan ada ulangan saja.

8) Memudahkan orang lain dalam hal kebaikkan.

Momen ibadah itu bisa jadi momen nyebelin juga. Contohnya saat sholat di mushala di tempat umum semacam pusat perbelanjaan. Aku sih orangnya jarang main jadi hal semacam ini pun aku nggak ngeuh. Malahan aku baru tahu kalau beberapa muslimah tidak peka untuk memudahkan orang lain saat jama’ah padat, mushala sempit dan waktu shalat yang singkat. Amat disayangkan ya, padahal jika dilihat lebih lanjut memudahkan orang lain itu bagian dari ibadah juga kan ?

Usai sudah point yang ingin kubahas. Ulasan diatas lebih menekankan aku sebagai korban. Walaupun tidak menutup kemungkinan akupun punya banyak sisi nyebelin yang tidak kusadari. Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kehari. Salah satunya dengan membuka mata kita lebih lebar melalui pemikiran dari sisi korban sepertiku. Ini juga jadi pembelajaran besar untukku agar tidak melakukan hal yang sama pada orang lain. Akhir kata semoga tulisanku ini bermanfaat dan sampai jumpa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar