Selasa, 19 Desember 2017

Pesan dari [K - Drama] Go Back Couple


Gambar terkait

Pada kesempatan kali ini aku akan membahas tentang pesan dari Drama Korea yang tayang di penghujung tahun 2017 ini. Menampilkan 12 episode, drama ini menyuguhkan pesan moral yang sayang untuk dilewatkan.

Sebenarnya aku tidak tahu dan tidak tertarik menonton drama tersebut. Hanya saja, teman - temanku terus bercerita mengenai betapa bagus dan penuh maknanya drama ini. Itulah alasan mengapa aku menonton drama itu dan bahkan menulis sesuatu mengenai itu diartikel ini.

Singkatnya Drama Go Back Couple bercerita tentang keluarga kecil yang baru memiliki seorang putra. Ma Jin Joo (Jang Na Ra) adalah seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu sehari - harinya dengan mengatur seluruh keperluan rumah tangga. Suaminya, Choi Ban Do (Son Ho Jun) adalah seorang kurir dari perusahaan farmasi. Mereka menghadapi berbagai kesalah-pahaman hingga pada akhirnya mereka berada diambang perceraian. Kemudian pasangan ini mengalami time travel ke tahun 1999 dimana mereka masih mahasiswa disuatu universitas. Mereka menjalani masa muda untuk kedua kalinya dan menyadari sesuatu yang seharusnya mereka pahami sejak dulu.

Hasil gambar untuk ma jin joo go back couple
Ma Jin Joo.
Choi Ban Do.

Hasil gambar untuk choi ban do go back couple

Gambar terkait
Putra mereka, Seo Jin.

Ada hal menarik dari menit - menit awal drama Go Back Couple ini. Disana, Jin Joo menjadi narator dan mengungkapkan pemikirannya. Ia berkata bahwa drama romantis berakhir dengan pernikahan. Ini menandakan happy ending bagi tokoh dalam kisah tersebut. Hal ini seakan - akan menyiratkan bahwa pernikahan adalah hasil akhir dari sebuah perjalanan cinta.

Wahh, menarik! Aku semakin semangat untuk menonton karena konsep unik yang disuguhkan. Benar juga, begitu banyak drama yang memperlihatkan pernikahan sebagai alasan setiap tokoh berakhir bahagia. Padahal faktanya tentu tidak seperti itu. Buktinya, begitu banyak pasangan suami-istri yang bercerai. Justru pernikahan adalah awal dari sesuatu yang baru.

Baik, langsung saja. Ini dia pesan moral yang aku pahami dari drama ini :

1) Komunikasi itu penting! Jangan melihat sesuatu hanya dari sudut pandang kita.

Menurutku, ini alasan paling kuat mengapa Jin Joo dan Ban Do bercerai. Jin Joo salah paham dan yang membuatnya semakin rumit adalah Ban Do yang tidak bersikap terbuka pada Jin Joo. Karena kurangnya komunikasi inilah mereka berdua selalu mengalami pertengkaran hebat.

Salah satu kesalah-pahaman yang akan aku bahas adalah saat Ban Do menggira Jin Joo lengah pada sesuatu yang tidak begitu penting. Disuatu pagi, Jin Joo berada didalam toilet. Kemudian Seo Jin (Park A Rin), putra semata wayang mereka memukul - mukul pintu toilet karena ingin segera menemui ibunya. Ban Do yang baru bangun tidur terkejut melihat istrinya tidak menutup pintu. Dia juga heran kenapa Jin Joo menggendong Seo Jin di toilet. Padahal kan Jin Joo tidak salah. Dia menemui putranya yang tidak bisa lama menunggu ibunya.



Seo Jin seneng banget ketemu ibunya hehe.



Ya begitulah. Kesalah pahaman silih berganti dalam kehidupan pernikahan mereka. Sebenarnya hal ini tidak hanya terjadi dalam kehidupan pernikahan sih. Dalam kehidupan sehari - hari, dengan siapapun itu. Terkadang melihat sesuatu hanya dari sudut pandang kita adalah tindakan yang tidak bijak.

2) Perlakukan orang tua dengan kebaikan terbaik.

Jin Joo yang telah kehilangan ibunya ditahun 2009 begitu sangat sedih. Ia menyesal karena belum menciptakan kenangan - kenangan manis bersama ibunya. Jadi, ketika dia kembali ke tahun 1999, dia sangat takjub. Dia memperlakukan ibunya dengan perlakuan terbaik dan senantiasa bersikap manis. Ia berkata ibunya tidak akan selalu disampingnya didunia ini. Melalui ini juga aku belajar bahwa seorang ibu itu punya peranan penting dalam kehidupan seseorang. Di drama ini, Jin Joo menganggap ibunya seperti alam semesta baginya.

3) Pengorbanan (terbesar) seorang ayah.

Di drama ini aku melihat seberapa keras perjuangan Ban Do mencari nafkah untuk keluarganya. Ia harus rela menahan perasaannya sekalipun merasa tercabik - cabik. Penjabarannya mungkin berlebihan, namun kisah ini menghanyutkan para penonton. Tenggelam dengan apa yang dirasakan Ban Do.

Ban Do yang bekerja didunia kesehatan tentu harus berinteraksi dengan dokter. Dan atasannya ini, Dokter Park adalah pria parasit yang menikahi istrinya hanya karena uang. Istrinya adalah pewaris dari suatu rumah sakit besar. Setelah mendapat berbagai keuntungan dari istrinya, ia menambah kisah hidup yang tidak kalah buruk. Ia berselingkuh dengan banyak wanita dan memperalat Ban Do dalam hal ini. Ia menggunakan kartu kredit atas nama Ban Do sebagai sarana aktivitas finansial bersama selingkuhannya (alasannya biar dia enggak tercyduk oleh istrinya) dan meminta Ban Do menjaga selingkuhannya saat istrinya menemui selingkuhannya itu.

Suatu hari Dokter Park meminta Ban Do menyelamatkan selingkuhannya. Istri Dokter Park akan menyerang selingkuhannya itu dan Ban Do harus membawa kabur dia sebelum istri Dokter Park datang. Namun, usaha penyelamatan ini gagal karena istri Dokter Park datang dan dengan penuh amarahnya menyerang selingkuhan suaminya itu. Ban Do mencoba melerai dan singkat cerita ia tidak sengaja mendorong istri Dokter Park sehingga membuatnya jatuh. Setelah itu Dokter Park datang dan memukul Ban Do. Ia berkata Ban Do sangat lancang karena berani mendorong istrinya. Ini membuat istrinya tersentuh dan seketika melupakan perihal perselingkuhan itu.








Kemudian Ban Do dan Dokter Park berada disuatu ruangan. Dokter Park berbicara dengan nada tinggi bahwa ia meminta Ban Do menjaga selingkuhannya dan mempertanyakan mengapa ia mendorong istrinya. Lalu Dokter Park berpura - pura memukul Ban Do dan berkata berani - beraninya Ban Do menyentuh istrinya. Setelah itu Dokter Park tersenyum dan berkata memukul Ban Do bisa menenangkan istrinya. Intinya dia mem-bully Ban Do dan dia membela istrinya hanya untuk sebuah pertunjukan. Ban Do hanya diam dan terlihat sangat sedih. Dia ingin melawan Dokter Park tapi ia menahan dirinya. Dia melakukan itu demi sesuap nasi yang kelak akan ia makan bersama keluarganya.



Kemudian ada scene komedi yang membuatku bertanya, “Scene komedi macam apa ini ?” hahaha. Disuatu hari di tahun 1999, Ban Do melihat orang tuanya cekcok mengenai sesuatu. Perdebatan itu terjadi karena ibu Ban Do terkesan seperti membuang - buang air. Ayah Ban Do meminta istrinya menghemat penggunaan air. Tidak terima dikritik, ibu Ban Do menyebut suaminya kikir. Melihat percakapan ini Ban Do menanggapi dengan begitu bijaksana, “Ibu, itu terlalu berlebihan. Jangan memanggilnya dengan sebutan kikir. Bagaimana bisa kau memanggil kepala keluarga yang mencari nafkah untuk kita dengan sebutan kikir ? Bukan berarti dia tidak ingin mencari uang yang banyak dan dia juga tidak ingin menjadi orang yang kikir. Aku tahu, dia hanya bisa membeli permen karet. Tapi tetap saja kau jangan menyebutnya dengan sebutan kikir. Apa kau tahu seberapa keras perjuangan ayah untuk mendapat uang sekecil itu ? Jangan begitu bu. Itu membuat hatiku sakit. Dah.” Ujarnya seraya melangkahkan kaki untuk pergi kuliah.

Awalnya ayah Ban Do merasa terbela. Namun mendengar perkataan Ban Do yang cenderung memberikan penghinaan, ia merasa tersinggung. Karenanya dia memukul kepala Ban Do. Ban Do kaget, dia bilang ia baru saja menolong ayahnya. Tapi ayahnya tetap marah dan Ban Do melarikan diri dari rumahnya wkwk.





Melihat latar belakang Ban Do sebagai ayah dari Seo Jin dan sebagai seseorang yang mencari nafkah untuk keluarganya, tentu ia paham betul mengenai ini. Ia jadi sosok yang pengertian dan dewasa melihat pertengkaran orang tuanya. Lucunya, Ban Do menganalogikan penghasilan ayahnya dengan uang untuk membeli permen karet (saking kecilnya wkwk). Niatnya baik memang, tapi pemilihan katanya yang tidak tepat hahaha.

Ya mungkin ini saja yang ingin kusampaikan. Menurutku, pesan moral diatas sangat penting untuk diingat. Semoga dengan memahaminya, kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sampai jumpa di postingan berikutnya ya~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar