Pada kesempatan kali ini aku akan
membahas tentang pesan dari Drama Korea yang tayang di penghujung tahun 2017
ini. Menampilkan 12 episode, drama ini menyuguhkan pesan moral yang sayang
untuk dilewatkan.
Sebenarnya aku tidak tahu dan tidak tertarik menonton drama
tersebut. Hanya saja, teman - temanku terus bercerita mengenai betapa bagus dan
penuh maknanya drama ini. Itulah alasan mengapa aku menonton drama itu dan
bahkan menulis sesuatu mengenai itu diartikel ini.
Singkatnya Drama Go Back Couple
bercerita tentang keluarga kecil yang baru memiliki seorang putra. Ma Jin Joo
(Jang Na Ra) adalah seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu sehari -
harinya dengan mengatur seluruh keperluan rumah tangga. Suaminya, Choi Ban Do (Son Ho Jun) adalah seorang kurir dari perusahaan farmasi. Mereka menghadapi berbagai
kesalah-pahaman hingga pada akhirnya mereka berada diambang perceraian.
Kemudian pasangan ini mengalami time travel ke tahun 1999 dimana mereka masih
mahasiswa disuatu universitas. Mereka menjalani masa muda untuk kedua kalinya
dan menyadari sesuatu yang seharusnya mereka pahami sejak dulu.
Ma Jin Joo. |
Choi Ban Do. |
Putra mereka, Seo Jin. |
Ada hal menarik dari menit - menit
awal drama Go Back Couple ini. Disana, Jin Joo menjadi narator dan
mengungkapkan pemikirannya. Ia berkata bahwa drama romantis berakhir dengan
pernikahan. Ini menandakan happy ending
bagi tokoh dalam kisah tersebut. Hal ini seakan - akan menyiratkan bahwa pernikahan
adalah hasil akhir dari sebuah perjalanan cinta.
Wahh, menarik!
Aku semakin semangat untuk menonton karena konsep unik yang disuguhkan. Benar
juga, begitu banyak drama yang memperlihatkan pernikahan sebagai alasan setiap
tokoh berakhir bahagia. Padahal faktanya tentu tidak seperti itu. Buktinya,
begitu banyak pasangan suami-istri yang bercerai. Justru pernikahan adalah awal
dari sesuatu yang baru.
Baik, langsung saja. Ini dia pesan
moral yang aku pahami dari drama ini :
1) Komunikasi itu penting! Jangan
melihat sesuatu hanya dari sudut pandang kita.
Menurutku, ini alasan paling kuat
mengapa Jin Joo dan Ban Do bercerai. Jin Joo salah paham dan yang membuatnya
semakin rumit adalah Ban Do yang tidak bersikap terbuka pada Jin Joo. Karena kurangnya
komunikasi inilah mereka berdua selalu mengalami pertengkaran hebat.
Salah satu kesalah-pahaman yang akan
aku bahas adalah saat Ban Do menggira Jin Joo lengah pada sesuatu yang tidak
begitu penting. Disuatu pagi, Jin Joo berada didalam toilet. Kemudian Seo Jin
(Park A Rin), putra semata wayang mereka memukul - mukul pintu toilet karena
ingin segera menemui ibunya. Ban Do yang baru bangun tidur terkejut melihat
istrinya tidak menutup pintu. Dia juga heran kenapa Jin Joo menggendong Seo Jin
di toilet. Padahal kan Jin Joo tidak salah. Dia menemui putranya yang tidak bisa
lama menunggu ibunya.
Seo Jin seneng banget ketemu ibunya hehe. |
Ya begitulah. Kesalah pahaman silih
berganti dalam kehidupan pernikahan mereka. Sebenarnya hal ini tidak hanya
terjadi dalam kehidupan pernikahan sih.
Dalam kehidupan sehari - hari, dengan siapapun itu. Terkadang melihat sesuatu
hanya dari sudut pandang kita adalah tindakan yang tidak bijak.
2) Perlakukan orang tua dengan kebaikan
terbaik.
Jin Joo yang telah kehilangan ibunya
ditahun 2009 begitu sangat sedih. Ia menyesal karena belum menciptakan kenangan
- kenangan manis bersama ibunya. Jadi, ketika dia kembali ke tahun 1999, dia
sangat takjub. Dia memperlakukan ibunya dengan perlakuan terbaik dan senantiasa
bersikap manis. Ia berkata ibunya tidak akan selalu disampingnya didunia ini.
Melalui ini juga aku belajar bahwa seorang ibu itu punya peranan penting dalam
kehidupan seseorang. Di drama ini, Jin Joo menganggap ibunya seperti alam
semesta baginya.
3) Pengorbanan (terbesar) seorang ayah.
Di drama ini aku melihat seberapa
keras perjuangan Ban Do mencari nafkah untuk keluarganya. Ia harus rela menahan
perasaannya sekalipun merasa tercabik - cabik. Penjabarannya mungkin
berlebihan, namun kisah ini menghanyutkan para penonton. Tenggelam dengan apa
yang dirasakan Ban Do.
Ban Do yang bekerja didunia kesehatan
tentu harus berinteraksi dengan dokter. Dan atasannya ini, Dokter Park adalah
pria parasit yang menikahi istrinya hanya karena uang. Istrinya adalah pewaris
dari suatu rumah sakit besar. Setelah mendapat berbagai keuntungan dari
istrinya, ia menambah kisah hidup yang tidak kalah buruk. Ia berselingkuh
dengan banyak wanita dan memperalat Ban Do dalam hal ini. Ia menggunakan kartu
kredit atas nama Ban Do sebagai sarana aktivitas finansial bersama
selingkuhannya (alasannya biar dia enggak
tercyduk oleh istrinya) dan meminta Ban Do menjaga selingkuhannya saat
istrinya menemui selingkuhannya itu.
Suatu hari Dokter Park meminta Ban Do
menyelamatkan selingkuhannya. Istri Dokter Park akan menyerang selingkuhannya
itu dan Ban Do harus membawa kabur dia sebelum istri Dokter Park datang. Namun,
usaha penyelamatan ini gagal karena istri Dokter Park datang dan dengan penuh
amarahnya menyerang selingkuhan suaminya itu. Ban Do mencoba melerai dan
singkat cerita ia tidak sengaja mendorong istri Dokter Park sehingga membuatnya
jatuh. Setelah itu Dokter Park datang dan memukul Ban Do. Ia berkata Ban Do
sangat lancang karena berani mendorong istrinya. Ini membuat istrinya tersentuh
dan seketika melupakan perihal perselingkuhan itu.
Kemudian Ban Do dan Dokter Park
berada disuatu ruangan. Dokter Park berbicara dengan nada tinggi bahwa ia
meminta Ban Do menjaga selingkuhannya dan mempertanyakan mengapa ia mendorong
istrinya. Lalu Dokter Park berpura - pura memukul Ban Do dan berkata berani -
beraninya Ban Do menyentuh istrinya. Setelah itu Dokter Park tersenyum dan
berkata memukul Ban Do bisa menenangkan istrinya. Intinya dia mem-bully Ban Do dan dia membela istrinya
hanya untuk sebuah pertunjukan. Ban Do hanya diam dan terlihat sangat sedih. Dia
ingin melawan Dokter Park tapi ia menahan dirinya. Dia melakukan itu demi
sesuap nasi yang kelak akan ia makan bersama keluarganya.
Kemudian ada scene komedi yang membuatku bertanya, “Scene komedi macam apa ini ?” hahaha. Disuatu hari di tahun 1999,
Ban Do melihat orang tuanya cekcok mengenai sesuatu. Perdebatan itu terjadi
karena ibu Ban Do terkesan seperti membuang - buang air. Ayah Ban Do meminta
istrinya menghemat penggunaan air. Tidak terima dikritik, ibu Ban Do menyebut
suaminya kikir. Melihat percakapan ini Ban Do menanggapi dengan begitu
bijaksana, “Ibu, itu terlalu berlebihan.
Jangan memanggilnya dengan sebutan kikir. Bagaimana bisa kau memanggil kepala
keluarga yang mencari nafkah untuk kita dengan sebutan kikir ? Bukan berarti
dia tidak ingin mencari uang yang banyak dan dia juga tidak ingin menjadi orang
yang kikir. Aku tahu, dia hanya bisa membeli permen karet. Tapi tetap saja kau
jangan menyebutnya dengan sebutan kikir. Apa kau tahu seberapa keras perjuangan
ayah untuk mendapat uang sekecil itu ? Jangan begitu bu. Itu membuat hatiku
sakit. Dah.” Ujarnya seraya melangkahkan kaki untuk pergi kuliah.
Awalnya ayah Ban Do merasa terbela.
Namun mendengar perkataan Ban Do yang cenderung memberikan penghinaan, ia
merasa tersinggung. Karenanya dia memukul kepala Ban Do. Ban Do kaget, dia
bilang ia baru saja menolong ayahnya. Tapi ayahnya tetap marah dan Ban Do
melarikan diri dari rumahnya wkwk.
Melihat latar belakang Ban Do sebagai
ayah dari Seo Jin dan sebagai seseorang yang mencari nafkah untuk keluarganya,
tentu ia paham betul mengenai ini. Ia jadi sosok yang pengertian dan dewasa
melihat pertengkaran orang tuanya. Lucunya, Ban Do menganalogikan penghasilan
ayahnya dengan uang untuk membeli permen karet (saking kecilnya wkwk). Niatnya baik memang, tapi
pemilihan katanya yang tidak tepat hahaha.
Ya mungkin ini saja yang ingin
kusampaikan. Menurutku, pesan moral diatas sangat penting untuk diingat. Semoga
dengan memahaminya, kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sampai
jumpa di postingan berikutnya ya~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar