Setelah
sekian lama malang melintang dalam lingkup per-dorama-an, seringkali aku
membaca judul dorama ini sebagai salah satu dorama yang direkomendasikan untuk
ditonton. Saat itu aku acuh aja sih,
soalnya ini dorama lama. Aku merasa posternya jadul banget wkwk. Tapi sejak aku menonton dorama NigeHaji, aku jadi penasaran
bagaimana Aragaki Yui saat masih awal debut sebagai aktris. Berhubung banyak
yang merekomendasikan dorama ini, aku jadi cukup antusias menontonnya.
Aragaki Yui sebagai Umemura Hikari. |
Baik, dorama
ini mengisahkan Sakaki Makio (Tomoya Nagase) yang merupakan salah satu kandidat
kuat untuk menjadi bos yakuza. Sayangnya ia dianggap bodoh karena tidak pandai
berhitung. Ayahnya meminta Makio untuk kembali mengenyam pendidikan di SMA. Ia
diharuskan lulus SMA agar bisa menjadi bos yakuza. Dan dimulailah petualangan
Makio sebagai murid SMA. Padahal saat itu dia sudah berusia 27 tahun.
Sakaki Makio. |
Secara
singkat, begitu plot-nya. Tapi berhubung disini aku akan menulis mengenai pesan
moralnya maka sinopsisnya tidak akan terlalu kubahas. Inilah beberapa pesan
moral yang berhasil kudapat dari dorama tersebut :
1) Kebahagiaan dari belajar
Di dorama
ini aku mendengar salah satu guru menyebutkan nama salah satu tokoh dunia yang
berpengaruh. Ia bernama Helen Keller. Wanita asal Amerika Serikat ini berkarya
dalam keterbatasan. Ia merupakan aktivis politik dan dosen Amerika. Ia juga
memiliki cukup banyak prestasi dan bahkan menulis beberapa buku. Lalu
keterbatasan apa yang ia miliki ? ia adalah seseorang yang tidak bisa melihat,
mendengar maupun berbicara. Saat ia masih kecil, ia kesulitan memahami apa yang
gurunya ajarkan. Dengan kesedihan dan rasa sakit, dia menjadi anak yang
temperamental. Namun pada suatu hari dia merasa takjub karena bisa tahu bahwa
segala sesuatu mempunyai nama. Itulah salah satu titik dimana ia merasa bahagia
mempelajari ilmu.
MasyaAllah ! Memang benar. Segala
sesuatu memiliki nama. Ada kosa kata untuk air, api, tanah dan lainnya. Kata -
kata itu merujuk pada hal - hal yang berbeda. Berbicara mengenai ini
mengingatkanku pada obrolan dengan salah satu temanku. Saat itu aku berkata, “Negara - negara di Benua Eropa itu jaraknya
terbilang dekat antara satu negara ke negara lainnya. Tapi mereka punya bahasa
masing - masing ya.” Ujarku yang kala itu merasa tak mengerti sekaligus
takjub akan hal itu. Mendengarnya temanku pun menjawab (yang intinya), “Iya. MasyaAllah, salah satu tanda kekuasaan
Allah.”
Ya
begitulah. Aku baru tahu soal sosok Helen Keller dari dorama ini. Aku ingin
tahu lebih banyak mengenai sosoknya. Itulah kenapa aku membaca beberapa artikel
di internet dan menyimpulkan kalimat - kalimat di paragraf diatas. Sayang
sekali ya, kisah Helen Keller ini tidak begitu akrab ditelinga pelajar di Indonesia.
Padahal hikmahnya mendalam sekali. Mengenai semangat mempelajari sesuatu,
berusaha berkarya dan tidak terpuruk oleh keadaan. Rasa takjub akan indahnya
mempelajari ilmu.
2) Menghina itu (sangat) jahat
Wahh yang satu ini seringkali terjadi ya
? Apalagi di jaman modern seperti sekarang, hinaan itu bisa muncul bahkan hanya
melalui ketikan jari. Melalui media sosial. Ini kerap terjadi dan dialami orang
- orang terkenal. Aku tidak paham pada orang - orang seperti itu. Maksudku,
dosa itu bisa kita dapatkan tanpa kita sadari. Tanpa harus komen jelek dan
menyakiti orang - orang. Kenapa mereka seakan bergerak mengejar dosa ? Apa
mereka merasa lebih baik dengan menghina orang lain ? Sampai sekarang aku tidak
paham itu.
Untuk aku
sendiri, aku pasti pernah mengatakan suatu hal yang menyakiti orang lain. Tapi
aku melakukannya tanpa sadar dan secara langsung ke orang tersebut. Aku tidak
pernah berkomentar jelek di media sosial teman - temanku maupun media sosial
publik figur. Sebentar, kenapa aku jadi curhat ya ? wkwk.
Baiklah.
Kembali lagi ke pesan moral kedua yang akan kita bahas. Di dorama ini kita akan
melihat Makio yang belum sepenuhnya lancar membaca kanji (salah satu aksara
yang digunakan di Jepang).Nilai ulangan Makio juga dibawah KKM. Banyak teman -
teman sekelas Makio yang menghina dan menertawakannya. Ini jahat kan ? Tapi
faktanya hal semacam ini banyak terjadi di kehidupan nyata. Kita tidak bisa
mengatur apa yang orang lain katakan terhadap kita.
Kemudian hal
yang membuatku tertawa sekaligus kasihan pada Makio itu saat dia mengambil
kelas tambahan karena nilainya banyak yang dibawah KKM. Dia harus datang disaat
yang lain sedang liburan musim panas. Saat akan mendatangi guru wali kelasnya,
ia melihat gurunya sedang diajak bicara oleh salah satu guru yang lain. Makio melihat
dan menguping pembicaraan mereka. Ternyata wali kelasnya itu diajak berkencan
oleh guru tersebut. Pak guru mengajak bu Minami (wali kelas Makio) menonton
film malam itu. Pak guru menjelaskan kalau film yang akan mereka tonton
menceritakan soal laut. Mendengarnya, Makio bilang bu Minami berada dalam mode
cinta di musim panas hahaha.
Lalu bu
Minami menimpali bahwa ia sangat tertarik untuk menonton biologi kelautan. Tapi
ia punya pelajaran tambahan untuk murid yang sulit dipercaya sebodoh itu wkwk. Minggu ini akan ia habiskan untuk
mengajari murid itu. Mata Makio berkaca - kaca saat mendengarnya. Aku tidak
tahu, dia menangis karena terharu atau merasa terhina hahaha. Tapi itu sungguh jahat sekali. Menyebut murid dengan
sebutan ‘sebodoh itu’.
3) Kerja keras itu penting
Saat ujian
sekolah, Makio mempertanyakan kenapa harus ada ujian. Mempelajari matematika
dan bahasa. Berdasarkan pengalamannya, itu tidak membantu kehidupan. Tapi
setiap orang mempedulikan nilai yang mereka dapatkan. Makio melihat itu sebagai
hal bodoh. Sakurakoji tidak sependapat. Dia bilang dia juga tidak mengerti
kenapa harus ada ujian. Tapi, bukankah sekolah memang begitu ? Kerja keras itu
penting. Intinya, Sakurakoji berpendapat bahwa sekolah merupakan sarana bagi
setiap orang untuk menjadi orang yang terbiasa dengan kerja keras. Orang yang
tumbuh dengan kerja keras dan menjadi orang yang rasional.
Hmmm, aku setuju dengan Sakurakoji.
Ternyata itu makna terselubung dari adanya ujian dan sekolah. Aku juga pernah
mendengar ujaran seseorang yang berkata bahwa sekolah itu untuk melatih cara
berpikir.
4) Jangan sedih, setiap orang menginginkan
sesuatu yang tidak mereka dapatkan
Wahh, aku suka makna yang satu ini.
Entah kenapa, aku merasa sangat dinasehati saat membacanya. Kita tidak boleh
larut dalam kesedihan saat tidak mendapatkan sesuatu. Itu biasa. Orang lain
juga banyak yang mengalami itu. Hal yang lebih penting dari itu semua adalah
keharusan kita untuk terus berusaha.
Ya baiklah.
Mungkin hanya ini yang ingin aku tulis. Semoga bermanfaat.